Gasiang Tangkurak, Ilmu Hitam Produk Tua Budaya Minangkabau
Pada saat ajaran Islam sudah masuk lanjut Khanizar Chan, secara otomatis perkembangan Gasiang Tangkurak sendiri kendor, karena Islam tidak mengajarkan hal yang seperti itu. Namun, disaat Kolonial Belanda masuk, Gasiang Tangkurakkembali marak, tapi tidak terang-terangan seperti sebelumnya. Mereka yang masih memiliki, menggunakan dengan cara diam-diam. Sasarannya pada itu, kebanyakan dari perempuan berdarah Belanda.
Khanizar Chan menambahkan, hingga saat ini pun diperkirakan masih banyak sebaran Gasiang Tangkurak di Minangkabau. Bahkan hampir disetiap daerah ada yang memiliki Gasiang Tangkurak ini. Hanya saja, siapa pemilik jarang ada yang tahu, hanya orang tertentu saja yang mengetahui. Karena, sejak Islam masuk, mereka tidak lagi menonjolkan diri secara terang-terangan.
"Yang jelas, terepas dari itu ilmu hitam, guna-guna. Gasiang Tangkurak adalah produk tua Minangkabau. Ini bentuk kearifan lokal dan harus digali. Dalam artian bukan kepersoalan ilmu hitamnya dan tujuannya. Namun lebih kepada sejarah, karena jika soal sejarah, mau buruk atau baik, harus digali dan dikaji agar tak tergerus dimakan zaman,"ujarnya.
Dan yang harus dipahami, Gasiang Tangkurak tidak bisa dilihat dari kacamata akademik. Tapi bisa dikaji dengan ilmu pengetahuan dan bisa dipahami dengan cara dan bentuknya saja.