MASA Site-Specific Performance di Menhir Maek
- Padang Viva
Meski begitu, ada situs-situs tertentu yang masih dianggap sakral hingga kini, meski kadarnya sudah jauh menurun. Situs Menhir Balai Batu adalah salah satunya. Konon situs ini dulu digunakan sebagai ruang musyawarah para tetua untuk memutuskan hal-hal penting, sekaligus tempat dilakukannya berbagai ritual. Sampai tahun 1980-an, masyarakat masih menggelar upacara tolak bala di situs tersebut dengan menyembelih seekor bantiang itam (sapi berwarna hitam).
Nan bonamo saribu menhir
kaluak paku nan ta surek di ateh nyo
bukik posuak nan jo paoruso
bukik tungkua sarato jo batang maek
Lantunan dendang dari Zahrati Salsabilah memenuhi area pertunjukan, ditingkahi pukulan ritmis talempong Febi Juliko dan ketukan sayup-sayup sampai dua bilah kentongan bambu dari tangan Fito Septriawan dan Muhammad Danel. ‘Lolongan’ saluang Pandu Winata dan gesekan biola Sendi Oryzal. Suara-suara ambien dari sequencer yang diampu Andre Dwi Wibowo melapisi semua bebunyian itu.
Sesaat sebelumnya, para penari baru saja masuk berarakan ke situs Balai Batu di mana terdapat sekitar 18-an menhir, sebagiannya masih berdiri, sebagiannya terbaring rebah di tanah.
Masing-masing penari dengan kostum yang sengaja dirancang tidak seragam, segera memilih menhir-menhir masing. Menyentuhnya dengan penuh perasaan, mengelus-ngelusnya, mengelilinginya dengan khidmat, seperti ingin menyambungkan dirinya, tubuhnya, dengan energi menhir-menhir itu.
Koreografinya terlihat tidak kompak. Setiap penari ‘tersambung’ dengan menhir-menhir itu, lewat gerak tubuh masing-masing pula.