Simulasi Capres-Cawapres Dinilai Bentuk Keterbukaan Partai Politik

Anggota Komisi II DPR RI Guspardi Gaus. FOTO/Istimewa
Sumber :

Padang – Langkah sejumlah partai politik (Parpol) yang mulai terbuka menyampaikan simulasi bakal calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) patut diapresiasi. 

Anggota Dewan Ini Bikin Klub dan Akademi Sepakbola di Sumbar

Pernyataan itu disampaikan Anggota Komisi II FPR RI Gudpardi Gaus, bahwa itu bagian dari upaya keterbukaan Parpol menawarkan figur yang dinilai cocok diusung kepada publik. 

"Hal ini bagian tranparansi dan tanggung jawab Parpol terhadap konstituennya, dan juga bentuk kesiapan Parpol menghadapi Pilpres 2024," ujar politisi PAN itu, diterima VIVA Padang, Jumat (29/7). 

Menteri Erick Thohir Resmikan Sentra Kuliner di Bukittinggi

Menurutnya, penyampaian simulasi capres-cawapres merupakan bentuk keterbukaan dan itu sesuatu yang positif untuk memperkenalkan. Lalu publik bisa menilai layak tidaknya calon yang ditawarkan oleh partai politik.

Legislator asal Sumatera Barat (Sumbar) itu menekankan pemimpin yang terpilih tidak hanya dinilai dari prestasi yang ditorehkan. Tapi, harus dinilai dari berbagai aspek yang  multidimensi atau mendekati figur sempurna. 

Rekapitulasi Penghitungan Perolehan Suara Pemilu 2024 di Padang Panjang Tuntas

Baginya, calon yang berprestasi belum tentu layak menjadi pemimpin, sedangkan pemimpin yang terpilih nanti memang benar-benar harus memenuhi berbagai syarat dan mempunyai kelebihan dalam berbagai bidang (mulitdimensi). 

"Tidak bisa menilainya dari prestasinya saja, karena prestasi itu bisa saja tidak diketahui orang banyak," ujar Guspardi.

Maka itu pula, Parpol tidak boleh bersikap apriori dan siapa pun yang diajukan harus direspons sebagai sesuatu yang positif. Hal ini juga sebagai bentuk keterbukaan partai dalam memberikan pendidikan politik. 

"Bentuk akuntabilitas agar tidak pilih kucing dalam karung," lanjut  Anggota Baleg DPR RI tersebut. 

Sementara itu, Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto, menyorot dinamika politik yang kerap membahas isu capres-cawapres serta koalisi untuk Pilpres 2024. Ia menegaskan bahwa sosok pemimpin harus memiliki prestasi. 

Hasto menilai, sebelum berbicara soal penjodohan capres - cawapres, harus mengetahui soal rekam jejak prestasi sosok pemimpin tersebut. Pernyataan itu dia sampaikan terkait koalisi capres-cawapres 2024 mendatang.

"Ada (yang) menjodoh-jodohkan (capres-cawapres), lalu kami bertanya mereka yang menjodohkan itu, harusnya juga memahami apa prestasinya," pungkas Hasto.